Jumat, 11 Januari 2013

Surat Untuk Pak Wali

Salam Sejahtera Nyaris bisa dijamin penuh, bahwa Anda yang kini dilantik jadi penguasa negeri, yang melesat dalam bursa Pilkada Tanjungpinang pada 31 Oktober 2012 lalu, bukan sejenis manusia nekat dan petarung politik kelas ayam sayur. Betapa sebelumnya, nama Anda beredar begitu luas di kalangan masyarakat. Menjadi bahan diskusi di segala pojok kedai kopi dan seantero negeri. Meletupkan rasa penasaran dan spekulasi yang akhirnya menggiring opini publik untuk terus mengamati. Bagai magnet, Anda berhasil menarik semua elemen yang akhirnya terakumulasi menjadi sebuah dukungan yang kemudian menghantarkan Anda dalam posisi seperti saat ini. Saya masih ingat, bagaimana nama Anda bertebaran di segala penjuru negeri pantun ini. Menghiasi tiap ruas ruang publik, entah melalui baliho, spanduk, atau tercetak dengan tinta tebal di koran-koran lokal. Nama (dan wajah Anda) pun begitu familiar, lantaran merangsek masuk ke rumah-rumah penduduk, menghiasi pintu, jendela bahkan cermin di kamar pribadi. Entah dalam bentuk sticker, kalender, atau pamlet. Dalam bahasa ilmu politik modern, nama Anda melesat dalam popularitas yang tak terhingga. Dan popularitas yang Anda raih karena sebuah kerja keras dan kerja hebat. Dan itu sudah Anda buktikan dengan mencapai posisi yang ter, untuk segala kategori. Terpopuler. Paling ter-kenal. Skor ter-tinggi yang akhirnya jadi yang ter-pilih. Operasi politik seperti itu selain butuh kerja keras dan cerdas, pasti pula memerlukan kucuran keringat dan energi yang luar biasa. Tetapi Anda bisa meracik semua itu menjadi sebuah ramuan politik yang membuat masyarakat terpesona dan memberikan dukungan penuh. Publik mafhum sudah. Bahwa langkah operasi politik guna menaikkan popularitas tak bisa dilakukan dengan serampangan. Hanya mereka yang telah terlatih, dengan organisasi modern, bermodal perangkat teknologi informasi canggih, dan bersandar pada metodologi ilmiah, yang mampu melakukannya. Merekalah yang menyandang sebutan manis: konsultan politik. Dan itu Anda gerakan dengan remote control yang sewaktu-waktu terus memberikan laporan setiap perkembangan yang terjadi di lapangan. Atas semua kenyataan itu, sangat patut bagi kami (warga biasa) memberikan apresiasi. Paling kurang, dengan munculnya nama Anda sebagai yang terpilih, maka naluri politik kami kembali punya ruang untuk mengeluh, mengadu dan mengusulkan sesuatu bagi daerah ini agar lebih sempurna di masa akan datang. Pak Wali Yang Terhormat, Pilkada yang kemarin kita laksanakan adalah momentum politik lokal yang multi dimensi. Meletupkan kesadaran politik segala pihak. Olehnya, tak perlu heran bila masa kampanye waktu itu bermunculan rupa-rupa cara dari masyarakat bawah. Mulai dari cara paling sehat, hingga cara paling jahat. Sebagian masyarakat bawah ada juga yang sengaja meletupkan kemarahan-kemarahan. Karena terlalu lama jengkel dengan segala problem dan kerumitan hidup, yang tak pernah terurai dengan jelas. Di lapisan ini pula sering menyembul ancaman-ancaman serius, semacam niat untuk melakukan pembalasan. Jangan abaikan fakta ini. Karena memang sejatinya ajang Pemilu, secara teori, adalah ajang mendelegitimasi status kekuasaan yang tidak berpihak. Pilkada adalah skenario demokratis untuk melakukan rotasi dan pergantian kekuasaan politik. Lalu masih ada lapisan lain yang piawai memanfaatkan momentum untuk tujuan-tujuan spesifik. Kalangan ini berada di golongan kelas menengah. Hati-hati dengan kelompok ini. Selain sangat terdidik, well informed (tahu informasi), juga memiliki jaring-jaring politik yang melebar ke mana-mana. Dan di titik awal seperti sekarang, kelompok ini lah yang menjadi the second media (media lapis kedua), yang mengharu biru segala isu di negeri ini. Di sinilah sebaiknya fokus perhatian Anda harus hadir. Bukan hanya teori komunikasi yang pernah mengingatkan potensi politik kelas ini, yaitu sebagai the persuader (para pembujuk, pembisik, sekaligus tukang kasak-kusuk). Melainkan konteks terkini yang memberikan segala fasilitas yang memanjakan daya dobrak politik kelas menengah ini. Mereka bisa bermain isu dengan memanfaatkan pelbagai wahana dan media. Hitung saja, perkembagan mesin gadget yang bisa dikelola untuk semua jenis media massa. Via gadget, segala urusan tetek bengek kota ini bisa hadir. Teramat mudah saat ini untuk merekam, memanipulasi, menyebarkan, mengolah, mengemas, dan mempopulerkan segala rupa fakta (atau bahkan sekedar isu). Saya yakin, Anda sangat tahu tentang adanya ekspektasi besar di balik posisi Anda saat ini. Karena tak sedikit ekspektasi besar ini disertai “ketidaksabaran” dari masyarakat. Padahal, membuat perubahan di Tanjungpinang tak semudah membalik telapak tangan. Dan sekali lagi, saya sangat yakin Anda juga paham dengan semua itu. Perlahan namun pasti, Anda telah memasuki kontradiksi yang tidak bisa dianggap sepele. Di satu sisi, Anda didorong oleh sebuah ekspektasi sangat besar dari masyarakat. Namun, di sisi lain, Anda berhadapan dengan sejumlah tantangan yang butuh energi untuk menaklukkannya. Banyak orang yang ingin solusi cepat. Yang mereka tahu, ketika kekuasaan sudah ditangan penguasa baru, setiap masalah mereka bisa segera dituntaskan. Mereka kadang tidak tahu bahwa sebuah kebijakan politik sangat dipengaruhi oleh politik atau perimbangan kekuatan dalam kekuasaan. Untuk itu perlu merangkul mereka yang apatis dan skeptis untuk dijadikan sebagai sebuah kekuatan baru kerja sama alias “gotong royong” membangun Tanjungpinang. Anda harus berani meyakinkan rakyat bahwa ‘Tanjungpinang Baru’ memerlukan partisipasi aktif masyarakat karena Anda tidak mungkin bisa bekerja sendirian. Karena esensi “gotong royong” adalah kebersamaan. Wassalam ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar