Rabu, 17 Januari 2024

Bahasa Bentuk Kebesaran Jiwa

Selama bertahun-tahun saya mengenalnya, sangat jarang lelaki itu mengeluarkan kata-kata kasar. Hampir tidak pernah terlontar dari mulutnya sebuah umpatan, makian atau pun bahasa-bahasa yang sangat tidak enak didengar.  Lelaki itu lebih banyak diam bila mendengar orang lain berkata tidak baik padanya. Lelaki itu memilih tersenyum dan minta maaf duluan bila bertemu dengan orang yang memberinya ungkapan-ungkapan yang kurang beretika serta tidak semestinya.

Dia memilih merendahkan hati agar api emosi lawan bicara tidak membumbung tinggi. Dia lebih memilih mengalah dan meredam api amarah agar tercipta suasana kedamaian yang jauh dari sumpah serapah. Dia juga selalu belajar untuk tidak selalu menyalahkan orang lain, tetapi lebih banyak belajar untuk lebih menghargai orang lain, karena dia sadar tidak bisa hidup sendirian dan pasti selalu butuh orang lain.

Baginya api tidak perlu dilawan dengan api. Setetes embun, meski kadang tidak seberapa, setidaknya mampu meredam kobaran api walau hanya sedikit. Sebagai lelaki yang selalu bertemu dengan banyak orang dan berhubungan dengan masyarakat luas, dia menyadari bagaimana harus mengatur sebuah kata. Bagaimana dia harus menyusun bahasa agar orang lain tidak tersakiti dan tetap nyaman bersamanya.



Karena lelaki itu sadar bahasa itu kunci. Bahasa itu sebuah pembuka untuk apa saja. Karena sebuah bahasa, perang bisa pecah antar Negara. Tetapi dengan sebuah bahasa juga, kedamaian dunia bisa terukir dan terpelihara. Berbahasa yang halus dan kasar memang tidak ada bedanya. Sama-sama keluar dari mulut dan menggunakan energi yang tidak jauh beda. Tetapi keduanya meninggalkan jejak yang berlainan. Bahasa yang halus dan lembut membuat orang lain merasa dihargai. Sebaliknya, bahasa yang kasar penuh umpatan hanya menimbulkan luka hati dan jiwa.

Negeri ini pernah terkenal sebagai negeri yang berbudi luhur dengan adab yang tinggi. Dulu, soal moral, etika dan sopan santun menjadi menu santapan wajib di semua jenjang pendidikan. Tetapi seiring perkembangan jaman dan teknologi, predikat negeri yang berbudi luhur itu makin memudar. Soal moral, etika dan sopan santun  lambat laun juga sudah menjadi sebuah barang yang langka.

Masyarakat kita saat ini seperti sebuah kebanggaan kalau bisa berkata kasar dan melontarkan umpatan. Lihatlah tayangan hampir semua di media mainstream, mulai dari televisi, radio, media sosial dan media online, hampir setiap hari bahasa-bahasa makian dan kata-kata yang jauh dari etika seperti sengaja dipertontonkan. Dan kita sama sekali tidak mampu untuk mencegah dan hanya bisa mengurut dada.

Pada hal media mainstream juga merupakan salah satu guru yang mengajarkan masyarakat kita tentang keadaban kehidupan. Kalau setiap hari, bahasa yang dilontarkan dalam media tersebut mempertontonkan bahasa-bahasa yang tidak baik tentu akan berpengaruh pada tata kehidupan masyarakat secara luas. Lebih miris lagi, mereka-mereka yang melakukan seperti itu bukan masyarakat biasa. Tetapi justru para pemimpin-pemimpin kita yang kadang-kadang dengan penuh bangganya memberikan pernyataan dengan kata-kata yang jauh dari etika dan estetika. Negeri ini seperti sudah menyandang penyakit akut soal etika. Dan lambat laun predikat negeri berbudi pekerti luhur hanya akan jadi cerita.

Dulu, semasa saya masih kecil dan hidup dalam lingkungan adat Jawa yang kuat, betapa soal sopan santun dan etika menjadi sebuah pelajaran penting dalam keluarga. Setiap orang Jawa, tidak mau anaknya tidak punya tata krama dalam pergaulan. Dan ini sesuatu yang penting. Mengapa? Karena bagi orang Jawa, perilaku seorang anak merupakan cerminan orang tuanya. Tingkah laku anak sebagian besar merupakan hasil dari pola didik keluarga. Anak yang memiliki budi pekerti yang baik tentunya membuat orang tua bangga. Karena itu bila ada anak yang berkata kurang sopan dan tidak tahu bagaimana menghargai orang yang lebih tua, selalu dibilang, “Iki anake sopo to?” Nama orang tua selalu terbawa dalam setiap ulah dan perilaku seorang anak.

Namun demikian, berperilaku baik saja tidaklah cukup. Bagi kebanyakan orang tua dalam keluarga Jawa, menjadi sebuah kebanggaan ketika anak tahu bagaimana harus berperilaku di hadapan orang yang lebih tua dan semestinya dihormati. Banyak anak yang tahu bagaimana berperilaku sopan, namun tidak semua anak paham caranya memperlakukan orang yang lebih tua dengan rasa hormat yang sepatutnya.

Bagi yang pernah besar di lingkungan keluarga Jawa, tentunya pernah mendengar pentingnya unggah-ungguh, ataupun ngajeni wong liyo. Istilah unggah-ungguh dapat diartikan sebagai sikap sopan santun atau tata krama. Sedangkan ngajeni wong liyo dapat diartikan sebagai menghargai, menghormati, atau merasa segan terhadap orang lain. Dua konsep ini dan banyak konsep lainnya dalam keluarga adat Jawa, merupakan fondasi dalam membentuk sikap dan rasa hormat pada anak.

Karenanya, dalam adat Jawa, bahasa menjadi instrumen penting yang luar biasa efektif guna mengajarkan anak mengenai respek atau rasa hormat, terutama dalam sebuah keluarga. Seorang anak selalu diajarkan untuk menggunakan tatanan bahasa yang lebih halus ketika berbicara dengan orang yang lebih tua. Karena kesadaran akan penggunaan tatanan bahasa yang tepat, secara tidak langsung akan melatih anak untuk pandai menempatkan diri. Dalam tradisi Jawa, penggunaan bahasa Jawa ngoko (kasar) terhadap orang yang lebih tua kerap dianggap kurang sopan, bahkan kurang ajar. Sebaliknya, jika anak pandai berbahasa kromo (halus) ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, ia akan lebih mudah disukai dan dianggap orang tuanya berhasil dalam mendidik seorang anak dengan pola asuh yang tepat.

Keadaban dalam tata kehidupan memang penting. Meski perjalanan waktu terus bergulir, soal adab dan tata krama sudah seharusnya tidak ditinggalkan. Karena inti dari filosofi negeri berbudipekerti luhur sejatinya menyangkut soal adab.

Namun belakangan entah penyakit apa gerangan yang telah merusak struktur dan fungsi keadaban sebagai ruh negeri ini? Kalau sebuah virus, tentu bukan sebuah virus sembarangan karena telah berhasil masuk dan menghancurkan jantung negeri ini. Virus yang entah datangnya dari mana, namun secara signifikan telah membuat kita tersengat oleh aliran listrik kehancuran yang sangat kuat.

Negeri ini pernah dikenal sebagai negeri pemaaf dan penuh empati. Bahkan negeri ini juga terkenal dengan budaya menghalalkan masing-masing kesalahan atau saling memaafkan dalam setiap setahun sekali. Karena memaafkan itu tradisi baik dalam mensucikan hati. Memaafkan itu mampu melembutkan, hati, kata-kata dan perbuatan seseorang. Dan semakin berempati seseorang akan semakin sehat jiwa dan pikiran seseorang.

Namun saat ini mencari sebuah empati dan kata maaf seperti pungguk merindukan bulan. Seperti menampung air dalam keranjang. Rasa empati dan pemaaf telah sirna dalam tumpukan jerami kering. Sedikit saja tersulut api langsung menjelma jadi kobaran api emosi yang begitu besar. Tidak hanya itu, kita juga sudah mulai kehilangan tradisi menangis menyaksikan penderitaan orang lain. Pada hal tetesan air mata karena tersentuh oleh kenyataan yang menyayat hati itu membantu melembutkan jiwa. 

Senin, 01 Januari 2024

Menjamu Mas Yayan Baru Datang Dari Hongkong

Semalam saya jemput Mas Yayan (anak sulungku) di Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang. Dia baru saja tiba dari Hongkong setelah empat jam perjalanan dengan pesawat dan mendarat di Bandara Changi Singapura. Hampir satu tahun dia mengawali pertarungannya sebagai laki-laki dan bekerja di Hotel Sheraton Hongkong. 

Setelah sekian lama tidak berjumpa, dia masih tetap seperti dulu. Wajah tirus, banyak senyum dan agak pemalu. Tetapi langkahnya masih tegap dengan suara agak berat. Setiba di rumah langsung disandera oleh mamanya dengan beribu pertanyaan tentang perjalanan yang dilaluinya selama di Hongkong. 

Saya maklum saja. Sebagai seorang ibu, tentu saja istriku ingin tahu betul apa yang dialami dan pengalaman apa yang didapatkan selama terpisah dari keluarga. Apa lagi berada di negeri orang yang selama ini belum pernah dia kunjungi. Berkali-kali Mas Yayan dia peluk dan diciumi.

Kalau bagiku saya anggap biasa saja. Saya hanya tanya sekedarnya tentang bagaimana perjalanan yang dia alami, sehat atau tidak dan perbedaan hidup di Hongkong dan Tanjungpinang. Itu saja. Tidak lebih. Saya hanya ingin mengajarkan sebagai laki-laki harus kuat. Karena langkah laki-laki memang harus jauh untuk menemukan masa depannya. Karenanya, selama dia di Hongkong, saya jarang menghubungi atau menanyakan kabarnya. Saya biarkan kemandirian terbentuk dengan pada dirinya. 

Apa pun yang terjadi selama dia jauh dari keluarga harus siap menghadapinya. Meskipun di tempat baru yang asing, tidak ada teman, tidak ada saudara, dia harus mampu belajar mengambil sebuah keputusan sendiri. Dan ternyata dia mampu. 

Setelah sehari di rumah, hari ini kuajak dia keliling Tanjungpinang sebentar lalu makan siang di Kreas. Tawanya masih tetap ceria. Rana, adiknya yang paling kecil yang paling sering dan sibuk menggoda abang sulungnya. Saya hanya tersenyum. Dalam hati saya hanya berdoa, semoga mereka anak-anakku kelak menemukan masa depan yang sangat baik. Sebuah masa depan yang bahagia dunia dan akhirat...aamiin




Minggu, 31 Desember 2023

Anak Muda Yang Hebat



Hari ini saya berkesempatan ngopi bareng dengan anak muda yang luar biasa. Namanya Aditya Muhammad. Lelaki kelahiran 11 Maret 1988 ini pada tahun 2011 pernah masuk dalam Grand Finalist L-Man mewakili Kepulauan Riau. 

Tapi satu hal yang membuat saya apresiasi adalah keberanian dia terjun dalam dunia bisnis yang saat ini juga lagi menjamur di Tanjungpinang. Dedek, panggilan akrab Aditya Muhammad, merupakan seorang pengusaha laundry yang cukup sukses. Itulah mengapa pagi ini saya memilih mengajaknya ngopi. 

Bukan sekedar duduk santai sambil menyeruput kopi hangat di tengah hujan yang mengguyur Tanjungpinang sedari pagi. Tapi lebih dari itu ada sisi menarik yang bisa dijadikan bahan diskusi yang pada akhirnya memotivasi orang lain untuk bangkit dan maju. 

Lelaki jebolan Fakultas Teknik di sebuah Universitas di Bandung ini mengawali bisnis laundry dengan modal keberanian. Anak nomor dua dari politisi senior Partai Golkar Kepri, Mimi Bety Wilingsih ini, dengan modal pinjaman membuka usaha laundry di Jalan Pemuda. 

Seiring perjalanan waktu, usahanya berkembang. Saat ini Dedek sudah mengelola usaha laundry di 7 cabang yang tersebar di Tanjungpinang dengan jumlah karyawan 30 orang. 

"Saya tidak tertarik dunia politik. Saya memilih membangun dunia bisnis saja. Karena gesture saya cocok di bisnis dan bukan politik," katanya sambil tertawa ketika saya tanya kenapa tidak meniti karier di jalur politik seperti orang tuanya. 

Saat ini dia sedikit agak santai mengontrol bisnisnya di tujuh cabang setelah dia menempatkan orang-orang kepercayaannya. Meski begitu dia tidak pelit ilmu dan keberhasilan yang sudah dia raih. 

Tidak sedikit anak muda yang dia ajari soal bisnis agar bisa sukses menjadi usahawan muda yang berhasil. 

"Masa muda bukan waktu untuk bersantai dan terjebak dalam zona nyaman. Masa muda itu saat dimana kita meletakkan pondasi yang kuat untuk sebuah masa depan. Kalau kita tak mampu memanfaatkan dengan baik, maka nantinya hanya akan jadi penonton dari keberhasilan orang lain," katanya dengan tegas. 

Komitmennya yang kuat sudah Dedek tunjukkan dengan kegigihannya menginspirasi secara konsisten sejak awal ketika berkecimpung dalam dunia bisnis yang dia geluti saat ini. 

"Jangan takut gagal. Kalau kita tidak pernah memulai, kita tidak pernah tahu apa itu namanya perjuangan," katanya sambil menyeruput sisa kopi terakhir. 

Tak terasa waktu sudah memasuki waktu dzuhur. Alunan adzan memaksa kami harus mengakhiri ngobrol santai di kedai kopi dengannya. 

Sementara hujan masih turun dengan rintik-rintik. Kulihat langkah anak muda itu dengan penuh optimistis ketika meninggalkan kedai kopi. Dia menuju sebuah mobil sedan warna putih yang tak lama kemudian melesat menembus jalanan Tanjungpinang. 

Anak muda yang hebat!

Sandiaga Uno Dan Ansar Ahmad Sambut Turis Pertama Di Bintan

Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad bersama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI Sandiaga Uno menyambut kedatangan wisatawan manca negara (wisman) pertama tahun 2024 Provinsi Kepulauan Riau di Pelabuhan Bandar Bentan Telani, Lagoi, Kabupaten Bintan, Senin (1/1/2024) pagi. 

Turut menghadiri penyambutan di antaranya Bupati Bintan Roby Kurniawan, Kepala Dinas Pariwisata Kepri Guntur Sakti, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Kepri Luki Zaiman Prawira, Wakil Bupati Bintan Ahdi Muqsith, Kapolres Bintan AKBP Riky Iswoyo, Dandim 0513 Bintan Letkol Inf Eka Ganta Chandra, dan GGM PT Bintan Resort Cakrawala Abdul Wahab. 

Penyambutan wisman ini ditandai dengan pengalungan bunga dan pemasangan tanjak oleh Menparekraf Sandiaga Salahudin Uno bersama Gubernur Ansar Ahmad dan Bupati Bintan Robby Kurniawan. 

Menparekraf dalam sambutannya mengatakan, Kepulauan Riau merupakan Provinsi dengan kunjungan wisman terbanyak ketiga nasional yang menawarkan banyak sekali destinasi wisata luar biasa, seperti Lagoi Bay dan Treasure Bay, Pantai Trikora, Bukit Pasir di Desa Busung, Desa Wisata Poyotomo dan Ekang Anculai yang ada di Kabupaten Bintan, serta Vihara Patung Seribu yang ada di Tanjungpinang. 

Menteri Sandiaga Uno menyatakan jika usulan bebas visa kunjungan (Visa on Arrival/VoA) yang diajukan Pemprov Kepri telah berada di meja Menteri Keuangan. 

"Semoga bisa terwujud sehingga menjadi kado tahun baru untuk Kepulauan Riau," ujar Menteri Sandiaga Uno. 

Sementara itu, Gubernur Ansar Ahmad menyatakan kunjungan wisman ke Kepulauan Riau hingga Oktober 2023 tembus di angka 1,2 juta lebih. Jumlah itu diperkirakan bertambah hingga penutup tahun 2023 ini. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, lanjut Gubernur, kunjungan wisman ke Kepri sampai akhir Desember 2023  tembus di angka 1,5 juta. 

"Kita bersyukur karena pariwisata Kepri telah revival (membaik) dan berharap tidak ada lagi turbulensi ekonomi. Semoga pariwisata Kepri bisa terus meroket," pungkas Gubernur Ansar. 

Disampaikan Gubernur pula, kunjungan wisman di Kepri tertinggi terjadi pada tahun 2019,  di mana kunjungan wisman tembus di angka 2,967 juta kunjungan. 

"Dan kita mesti mengejar itu kembali," lanjutnya. 

Belum lama ini, lanjut Gubernur, pihaknya meminta PT Bintan Resort Cakrawala selaku pengembang kawasan wisata terpadu Lagoi Bintan untuk membuka pelayaran ke Johor Malaysia menuju Pelabuhan Bandar Bentan Telani (BBT) yang ada di Lagoi. 

"Mungkin satu sampai dua trip saja dulu dalam satu hari, karena teman-teman di Johor, meminta seperti itu, Karena jika melalui Singapura biaya perjalanan cukup mahal dan perjalanan yang panjang," ungkap Gubernur Ansar. 

Kepri ditegaskan Gubernur memiliki modal kuat untuk meningkatkan kunjungan wisman. Indeks Pembangunan Manusia Kepri membaik, berada di angka 79,6 poin urutan ketiga setelah DKI Jakarta dan  Jogjakarta, Kepri, baru kemudian Bali. 

Angka pertumbuhan ekonomi Kepri tahun 2022 sebesar 5,09 yang secara agregat di tahun 2023 ini diperkirakan bisa mencapai 5,5 hingga 5,6 persen. Pertumbuhan ekonomi Kepri di tahun 2022 tertinggi di Sumatera dan berada di peringkat kelima atau keempat secara Nasional. 

Menurut Gubernur, yang tidak kalah penting adalah angka moderasi agama yang yang hampir mencapai angka 90 persen di tahun 2022 menjadikan Kepri dianugerahi sebagai provinsi terbaik moderasi agama secara nasional. Hampir 90 persen. 

"Semoga ini menjadi modal utama kita secara bahu membahu membangun Kepri sehingga menjadi salah satu lokomotif ekonomi Indonesia yang dibanggakan," tutup Gubernur Ansar. (*)

Kamis, 01 September 2022

Mari Kita Bicara Berdasarkan Data dan Bukan Asumsi

Menyimak dari pernyataan Ketua DPRD Kepri Jumaga Nadeak yang disampaikan pada acara Metro Forum yang menyatakan bahwa kinerja Gubernur Kepri Ansar Ahmad dikategorikan buruk, saya pikir sangat premature dan tidak didukung data yang kuat. Sementara fakta di lapangan, meski Ansar Ahmad dan Marlin Agustina baru menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Kepri selama 1 tahun 6 bulan, secara faktual telah bekerja dengan serius dengan berbagi pencapaian yang sangat menggembirakan. 

Gubernur Kepri terus berusaha dengan maksimal bagaimana merealisasikan program pembangunan yang dijalankan berdasarkan visi misi yang tertuang dan disahkan juga oleh DPRD Kepri melalui Perda Kepri tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2021-2026. Kita semua tahu, ketika Ansar Ahmad – Marlin Agustina dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur oleh Presiden Joko Widodo di Jakarta pada 25 Februari 2021 lalu, Kepulauan Riau dihadapkan pada persoalan yang sangat serius. Angka pertumbuhan ekonomi terkontraksi minus 3 persen lebih. Angka pengangguran tinggi akibat dunia usaha dan investasi lumpuh karena hantaman pandemic Covid-19. 

Dalam suasana seperti itu, jumlah penduduk miskin di Kepri bertambah 144,46 ribu jiwa pada Maret 2021 atau naik menjadi 6,12 persen dibanding angka kemiskinan di Maret 2020 yang sebesar 5,92 persen. Tentu bukan sebuah pekerjaan yang mudah untuk mengatasi berbagai persoalan daerah yang begitu kompleks. Sementara APBD Kepri yang tidak begitu besar banyak mengalami recofusing karena lebih diarahkan untuk menangani Covid-19 yang mewabah serta banyak menelan korban jiwa. 

Untuk itu langkah-langkah strategis Gubernur Ansar Ahmad di awal pemerintahannya disusun lebih pada program kesehatan serta kembali menguatkan pondasi perekonomian Kepulauan Riau dengan berbagai program stategis yang bersentuhan langsung dengan masyarakat luas. 

 Melihat kondisi Kepulauan Riau yang perlu penanganan cepat, Gubernur Kepri Ansar Ahmad dalam menyusun roadmap program dan kegiatan selama satu tahun di awal kepemimpinannya lebih menekankan pada sektor-sektor yang merupakan bagian dari 7 indikator keberhasilan sebuah pemerintahan. 

Tujuh indikator tersebut diantaranya pertumbuhan ekonomi, pengurangan tingkat pengangguran, pengentasan kemiskinan, peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah, peningkatan sumber daya manusia dan yang terakhir adalah meningkatkan keamanan dan ketertiban daerah. Upaya serius yang dilakukan Ansar Ahmad dengan mengerahkan seluruh potensi yang ada pelan namun pasti membuahkan hasil yang sangat signifikan. 

Hal ini terlihat pada capaian pertumbuhan ekonomi yang sangat menggembirakan. Sesuai data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada September 2021 mampu surplus pada angka 3,43 persen. Pada hal pada September 2020 angka pertumbuhan ekonomi Kepri terkontraksi pada minus 3,80 persen. Angka pertumbuhan ini terus naik pada tahun 2022 yang pada bulan Juli kemarin tercatat pertumbuhan ekonomi di Kepulauan Riau mencapai 5,01 persen.

Keberhasilan Gubernur Ansar Ahmad dalam memacu pertumbuhan ekonomi tentu karena sebuah kesungguhan dalam bekerja menangani pandemic Covid-19 secara masif yang akhirnya menimbulkan kepercayaan penuh dari dunia usaha dan investor untuk kembali bangkit kembali. Selain itu, program-program recovery ekonomi yang bersentuhan dengan dunia usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) juga dijalankan melalui kemudahan perijinan serta bantuan subsidi pinjaman dengan bunga nol persen. Antusiasme masyarakat UMKM terhadap kebijakan Gubernur Ansar Ahmad ini ternyata mendapat respon luar biasa. Selama tahun 2021, UMKM di Kepri menggeliat tumbuh dan kepercayaan pulih sehingga dunia usaha kembali bersemangat karena kebijakan Gubernur Ansar Ahmad yang lebih konstruktif dan terukur. 

Menggeliatnya kembali dunia usaha dan investasi juga berdampak langsung pada kenaikan nilai ekspor di Kepulauan Riau. Dari data BPS, nilai ekspor Kepri tahun 2021 tercatat US Dolar 16 juta lebih meningkat cukup signifikan disbanding nilai ekspor Kepri di tahun 2020 yang hanya US Dolar 12 juta lebih. Kondisi ini juga dibarengi dengan pengendalian angka inflasi yang berhasil ditekan pada 2,26 persen di tahun 2021. Untuk program pengentasan kemiskinan juga terus dimaksimalkan dengan gerak cepat Tim Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TPKD) dengan berbagai program yang sudah dicanangkan. Dan program yang dijalankan ternyata mampu menurunkan angka kemiskinan baik di pedesaan maupun di perkotaan. Angka persentase penduduk miskin di Kepri di daerah perkotaan pada Maret 2021 sebesar 5,72 persen, turun menjadi 5,37 persen pada September 2021. 

Sedangkan persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada Maret 2021 sebesar 11,10 persen, juga turun menjadi 10,45 persen pada September 2021. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kepulauan Riau juga terus mengalami penurunan seiring makin menggeliatnya dunia usaha dan investasi. Pada pada Februari 2022 angka pengangguran di Kepri sebesar 8,02 persen, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 10,12 persen, atau turun 2,1 persen poin. Berbagai investasi yang masuk di Batam, Bintan, Tanjungpinang dan Karimun menyerap tenaga kerja yang tidak sedikit sehingga angkatan kerja mampu terserap ke lapangan kerja yang tersedia. 

Keberhasilan Gubernur Ansar Ahmad dalam awal kepemimpinannya juga terlihat ketika Indek Pembangunan Manusia (IPM) Kepulauan Riau yang terus naik. Pada tahun 2021 lalu IPM Kepri sebesar 75,79 meningkat 0,20 poin atau tumbuh 0,26% dibandingkan capaian tahun 2020. IPM Kepri juga tercatat terbaik se Sumatera dan terbaik ke 4 se Indonesia setelah Jakarta, Yogyakarta dan Kalimantan Timur. Dalam mengatasi persoalan pemerataan pembangunan dalam rangka meminimalisir kesesenjangan antar wilayah, Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad juga menggesa program pembangunan di semua kabupaten dan kota. 

Melalui Program Kepri Terang dengan pembangunan infrastruktur jaringan dan instalasi listrik di pulau-pulau 3 T (terdepan, terpencil dan tertinggal), Gubernur Ansar Ahmad menggesa pembangunan Base Transivers Station BTS di 77 lokasi di 7 Kabupaten/ kota terutama di daerah yang selama ini masih belum terjangkau layanan internet. Tidak hanya itu, berbagai program pembangunan infrastruktur pendidikan, kesehatan, sarana pemukiman masyarakat juga terus direalisasikan melalui berbagai kebijakan yang tertuang di APBD Kepri. 

Di sisi peningkatan kualitas sumber daya manusia, kebijakan Gubernur Ansar Ahmad juga sangat terukur melalui program peningkatan infrastruktur pendidikan, kesehatan, pendidikan vokasi, pembangunan Balai Latihan Kerja (BLK), dan penanganan stunting. Hal ini bisa dilihat dari angka gini rasio di Kepulauan Riau yang terendah di Indonesia yang tercatat pada Maret 2021 mencapai 0,343 dan turun menjadi 0,339 pada September 2021. 

Satu tahun kepemimpinan Ansar Ahmad di Kepulauan Riau juga terbukti mampu meningkatkan keamanan dan ketertiban dengan penerapan modernisasi kehidupan beragama yang baik. Hal ini ditandai dengan menempatkan Kepulauan Riau sebagai daerah yang memiliki indeks kerukunan beragama yang baik dan berada di urutan ke 8 di Indonesia. Selain itu, Kepulauan Riau juga tercatat sebagai daerah dengan angka kriminalitas yang rendah dengan angka kebahagiaan masyarakat sebesar 74,78 persen dan merupakan masyarakat paling bahagia urutan ke 6 se Indonesia. 

Dari semua indikator pencapaian pembangunan tersebut, tidak lantas membuat Gubernur Ansar Ahmad puas. Dengan kekuatan yang didukung oleh OPD serta seluruh stakeholder masih terus bekerja keras dalam rangka untuk pencapaian Kepri yang lebih baik lagi. Berbagi proyek strategis terus direalisasikan agar performance Kepulauan Riau sebagai daerah perbatasan mampu tampil gemilang baik di mata nasional dan maupun dunia internasional. Saat ini berbagai proyek strategis yang dijalankan yakni penataan media jalan Bandara RHF Tanjungpinang sebagai pintu gerbang jalur udara ke ibu kota Propinsi Kepri dan pembangunan flyover di depan Ramayana Tanjungpinang dalam rangka mengurangi kemacetan karena proyeksi jumlah kendaraan yang setiap tahun terus bertambah di ibu kota provinsi.

Tidak hanya itu, pembangunan integrasi Pelantar 1 dan 2 Tanjungpinang dalam upaya penataan kawasan ibu kota propinsi jalur laut dan mengurangi Dwelling Time waktu bongkar muat barang yang dapat mempengaruhi harga sembako dari kegiatan bongkar muat juga terus digesa. Program ini juga disejalankan dengan penataan kota lama yang meliputi Jalan Merdeka sebagai pusat kegiatan ekonomi dan masyarakat yang tidak jauh dari Pelantar 1 dan 2. 

Proyek strategis lainnya seperti pembangunan gedung LAM Kepri sebagai payung budaya melayu dan identitas budaya, pembangunan etalase Dekranasda Kepri sebagai sarana pengembangan UMKM dari hasil produk yang ada sehingga dapat meningkatkan daya jual dan pemasaran produk yang dihasilkan serta proyek strategis dalam rangka melanjutkan kembali proyek pembangunan Gurindam 12 di Tepi Laut. Untuk menguatkan Pulau Penyengat sebagai destinasi sejarah Melayu, Gubernur Ansar Ahmad juga tengah menata Penyengat menjadi pulau yang eksotis. 

Berbagai infrastruktur di Pulau Penyengat dibenahi agar pulau tersebut mampu tampil menawan sebagai daerah kunjungan wisatawan baik local maupun manca Negara. Selain itu penataan Pulau Penyengat sebagai destinasi pariwisata yang memiliki sejarah, Gubernur Ansar juga menata jalan yang menuju objek wisata Vihara Senggarang. Berbagai pembangunan infrastukrtur pemukiman PSU, pembangunan sarana utilitas di Batam, Tanjungpinang serta Kabupaten dan Kota lainnya di Kepulauan Riau juga terus direalisasikan dalam rangka menjawab aspirasi masyarakat. 

Dari indikator makro pencapaian pembangunan yang dicapai Kepulauan Raiu saat ini, sangat tidak obyektif kalau dikatakan Gubernur Kepri Ansar Ahmad memiliki kinerja yang buruk. Semua komponen indikator makro secara keseluruhan baik dan meningkat sangat signifikan dalam masa 1 tahun 6 bulan berjalan. Karena itu penilaian hendaknya berdasarkan data dan bukan asumsi apa lagi persepsi subyektif yang hanya didasarkan pada suka dan tidak suka. 

Jauh lebih baik kalau semua pihak mendorong dan mendukung kinerja Gubernur Ansar Ahmad dalam menjadikan Kepulauan Riau menjadi daerah yang maju dan berkembang pesat dengan masyarakatnya yang diliputi kesejahteraan. Gubernur Ansar Ahmad tidak anti kritik sepanjang kritik dan saran sangat konstruktif dan didukung dengan data yang kuat. Semoga kita semua selalu sukses, sehat dan diliputi keberkahan…aamiin ya rabbal alaamiin

Sabtu, 02 Maret 2013

Ambisi Yes, Emosi dan Ambisius No!

Pemilu 2014 memang masih menyisakan waktu satu tahun lagi. Berbagai persiapan telah dilakukan oleh partai politik, baik dengan melakukan ferivikasi faktual partai maupun penyusunan daftar calon legislatif, yang nantinya diusung dalam ajang pesta demokrasi pemilihan umum. Sebagai warga negara yang baik, sudah selayaknya kita harus turut mendukung dan mensukseskan pesta demokrasi itu. Mengapa kita sebagai warga negara harus turut mendukung pelaksanaan kampanye dan pemilu yang damai? Karena, sesuai dengan amanat Pasal 2 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945, bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat, sehingga memiliki makna bahwa rakyat memiliki kedaulatan, tanggungjawab, hak dan kewajiban untuk secara demokratis memilih pemimpin yang akan membentuk pemerintahan guna mengurus dan melayani seluruh lapisan masyarakat, serta memilih wakil-wakil rakyat untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Perwujudan kedaulatan rakyat dimaksud dilaksanakan melalui Pemilu secara langsung. Jika mengamati berbagai fenomena politik yang semakin hangat, saya teringat dengan sebuah sticker bonus dari sebuah buku teka teki silang yang pernah saya baca. Isinya cukup relevan dengan kondisi sekarang : Ambisi Yes, Emosi dan Ambisius No! Terus terang, saya sangat tertarik, mengapa? Kalimat itu mengisyaratkan kepada kita untuk harus tetap memiliki semangat mengejar cita-cita, namun harus tetap ditempuh dengan cara yang santun dan elegan. Hidup adalah dinamika, tidak etis jika kita lantas menjadi fatalis, yang hanya pasrah dengan keadaan, menerima hidup dengan apa adanya.Tentu kita semua memiliki visi, harapan, cita-cita, yang hendak kita capai sesuai dengan kemampuan dan norma yang berlaku. Memang, tidak mudah untuk memprediksi perolehan suara bagi seorang caleg, karena keberadaan sistem multi partai yang diselaraskan dengan kondisi ekonomi maupun sikap mental dan politik masyarakat kita. Untuk itu, bagi rekan-rekan yang akan menghadapi “peperangan di padang Kurusetra” nanti, saya hanya bisa menyarankan untuk sejak dini meminimalisir “tekanan kejiwaan” kita. Pertimbangkan dan segera antisipasi dampak terburuk, yaitu kegagalan. Mari sejak sekarang bisa lebih bersikap ikhlas dengan mempasrahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Anggap saja ajang Pemilu sebagai "ajang silaturahmi", karena apapun yang terjadi, kita adalah makhluk sosial. Manusia yang saling bersilaturahmi dalam kebaikan dengan manusia yang lain. Memang, sesungguhnya, "tekanan kejiwaan" seperti ini tidak perlu terjadi, jika kita tidak salah kaprah. Kesalahkaprahan itu terjadi karena kita sudah kehilangan kepercayaan diri, sehingga masih banyak kita yang ingin "duduk" harus menghalalkan segala cara. Padahal, untuk memperoleh "suara" sesungguhnya tidaklah harus selalu dengan uang, melainkan sikap, karya nyata, kepedulian, empati dan simpati. Jika tidak terjadi keseimbangan antara das sollen dan das sein, biasanya memang akan terjadi "penolakan" sebagaimana yang dihadapi oleh beberapa petualang politik yang jatuh terjerembab dalam kubangan ambisius yang membabi buta. Begitu juga akan menimbulkan ekses lain seperti ada yang mencoba bunuh diri karena gagal menjadi caleg, ada calon bupati yang harus masuk Rumah Sakit Jiwa karena gagal memenangi Pilkada, dan masih banyak yang lainnya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Intinya karena rasionalitas sudah hilang, tidak ada keseimbangan antara IQ, EQ dan ESQ. Saya sangat menyadari, betapa banyak tenaga, pemikiran dan biaya (cost atau money) yang telah dikeluarkan. Banyak caleg yang harus rela menggadaikan segenap “aset” yang dimilikinya. Ada juga caleg yang terjerat tindak pidana karena berusaha memenuhi ambisi yang tak terbendung itu. Ambisi boleh saudara, tetapi juga harus realistis. Semoga Sukses!

Selasa, 15 Januari 2013

Selamat Jalan Risa....

TRAGIS memang nasib Risa, gadis kecil yang harus menderita sebelum akhirnya meninggal dunia. Risa yang masih duduk di kelas V SD Negeri Pulogebang 22 Jakarta ini harus mengalami pembusukan pada alat kelaminnya karena dugaan pemerkosaan. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, betapa pilunya derita yang harus ditanggung gadis kecil itu. Kemaluannya bernanah dan membusuk. Bahkan kabarnya sempat berulat karena lambatnya penanganan medis. Maklum, keterbatasan ekonomi yang dialami keluarganya membuat Risa harus menanggung perih dan lara yang tak terhingga sebelum akhirnya menyerah pada takdir. Risa hanyalah sebuah catatan kecil tentang kasus-kasus pelecehan seksual yang menimpa anak-anak kita. Karena di seantero negeri ini, kita tidak pernah tahu berapa ribu anak-anak seperti Risa yang mengalami kepedihan yang sama. Masa depan mereka direnggut dengan paksa. Sebagian beruntung karena masih mampu bertahan hidup dan melanjutkan harapan. Namun yang harus bernasib tragis seperti Risa juga tak terkira jumlahnya. Risa-Risa itu hanya diingat sebentar kemudian hilang ditelan bumi. Mereka tidak memburu popularitas lewat youtube, google atau berita-berita heboh yang mendunia seperti kasus yang dialami oleh Tchuna, seorang remaja India yang bernasib yang sama seperti Risa. Tchuna tewas mengenaskan setelah diperkosa enam pemuda berandalan di negara itu. Sama seperti Tchuna, Risa hanyalah seorang gadis kecil yang juga punya mimpi. Dia juga ingin mengisi hidupnya dengan kegembiraan dan keriangan seperti anak-anak seusianya. Namun kerasnya Jakarta menghapus semua mimpi-mimpi itu. Masa depannya direnggut dengan paksa. Bahkan Risa juga dipaksa membayar dengan penderitaan panjang dan selembar nyawanya. Kita memang marah. Semua memang geram. Darah kita seolah mendidih menyaksikan kepiluan yang dialami Risa akibat perilaku orang-orang dewasa yang dengan tega merenggut kehidupannya. Entah berapa persisnya gadis cilik seusia Risa yang meregang nyawa karena diperkosa secara brutal. Tak pernah ada proses yang terang benderang untuk mengusut berbagai kekejian itu. Kita hanya menyaksikan hari-hari gelap tanpa sebuah kepastian. Dan vandalisme menjadi sebuah makhluk yang kian buas menyeringai di tengah-tengah kita. Hari ini Risa, besok, lusa, entah siapa lagi. Selamat Jalan Risa…..Saya yakin kedamaian akan senantiasa menemanimu di sana.***