Rabu, 07 April 2010

Berita Yang Membuatku Marahhhhh





MagetanKita.com - Sebut saja namanya, Dinda. Kondisi kesehatan perempuan berusia 20 tahun ini, sedang menurun. Sejak hamil, dia belum pernah memeriksakan kesehatannya. Kini, usia kandungan Dinda sekitar 5 bulan.


Dinda hanya terbaring di kamar tidur. Kamar yang pengap, berlantai semen, berdinding anyaman bambu.

“Saya, juga keluarga tak memiliki biaya untuk periksa ke rumah sakit. Untuk makan saja, kami masih kesulitan,” kata Dinda pelan.

Dinda tinggal di Desa Karas, Kecamatan Karas, Magetan bersama kedua orang tuanya. “Saya malu, sampai gak berani untuk keluar rumah sejak anak saya hamil. Di sini kan lingkungannya islam kuat begitu,” kata Bunirah, ibu Dinda.

Dinda hamil setelah digauli tiga perangkat desa, yakni pengurus RT, Kepala Dusun dan Sekretaris Desa. Kemiskinan membuat Dinda terjerumus. “Saya benar-benar terpaksa. Mereka memberi iming-iming uang, sementara keadaan ekonomi keluarga seperti ini,” jelasnya.

Sejumlah kalangan menilai kasus Dinda agak janggal karena sampai tiga orang yang menggaulinya. LSM Forum Peduli Masyarakat Ekonomi Lemah (Formel) menyatakan ada indikasi Dinda diperdagangkan. “Sepertinya Dinda ditawar-tawarkan dari satu lelaki ke lekaki lain. Kok sampai tiga orang perangkat bisa berhubungan dengan dia,” kata Rasimin, Ketua Formil.

Kecurigaan Formil cukup beralasan. Dinda mengaku, selain ketiga perangkat desa, banyak yang coba menghubunginya. “Mereka itu sahabatan. Saya dengar sendiri, kalau saya juga ditawarkan ke orang lain. Banyak yang kontak ke saya,” kata Dinda sambil menyeka air matanya.

Perangkat desa yang mestinya melayani dan menjadi panutan warga, rupanya memanfaatkan kemiskinan yang mendera Dinda dan keluarganya. Kewenangan yang dimiliki digunakan untuk melampiaskan nafsu bejatnya. “Kami mendesak Pemerintah Kabupaten untuk menindak mereka. Perbuatan itu sama sekali tak pantas dilakukan seorang perangkat,” kata Rasimin.

Keluarga kini menuntut pertanggung jawaban agar bayi yang dikandung lahir selamat. “Kami menyadari ketiganya telah beristri. Karena itu, kami tak menuntut anak saya dinikahi. Saya hanya ingin ada yang tanggung jawab untuk persalinan dan biaya pendidikan anak tak berdosa yang sedang dikandung itu,” kata Bunirah.


DUHH..MALU AKU sebagai anak desa karas khususnya Dukuh Sidorejo dengan kasus tersebut. Ternyata perangkat desa bukan memberikan contoh yang baik tetapi malah merusak warganya sendiri yang harusnya dijaga dengan baik. Semoga saja aparat penegak hukum membuka mata terhadap dinda yang notabene orang kecil yang hidupnya susah tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar