Minggu, 12 Juli 2009



Perselingkuhan Melalui "CHATTING"

Tampaknya perlu sedikit dijelaskan mengapa seseorang bisa menjadi kecanduan chatting dan berhubungan melalui dunia maya.

Menurut Rona Subotnik (2005), dunia internet dapat menjadi ”enigma”, sesuatu yang membingungkan dan misterius. Internet menjadi tempat untuk para pencinta cyber bertemu meskipun jelas-jelas secara fisik tidak ada. Mereka merasa tidak akan terlihat bersama di tempat umum, mereka pikir perselingkuhan bisa tetap dijaga kerahasiaannya.



Banyak terasa pertentangan dalam berkomunikasi melalui dunia maya ini. Di satu pihak para pencinta cyber saling merasa kesepian, tapi di lain hal mereka bisa merasakan hanya mereka berdualah yang ada di dunia ini. Hal ini menyebabkan perasaan romantis yang kuat, perasaan romantis yang paradoks, karena kenyataannya mereka tidak ada secara fisik. Perasaan kedekatan yang dialami sebenarnya adalah keintiman yang semu. Mereka mungkin ingin bertemu tatap muka, tapi biasanya kekecewaan banyak dirasakan setelahnya.

Kejujuran juga sangat rentan, mudah bagi mereka untuk saling berbohong. Kalaupun ada ungkapan pribadi yang berasosiasi pada sesuatu yang ekspresif, semua itu sangat mudah dimanipulasi. Kata-kata tertulis dipikirkan lebih punya kredibilitas dan reliabilitas ketimbang ucapan lisan. Nada suara atau cara bicara, kontak mata dan bahasa tubuh yang bisa berpengaruh pada makna dan emosi yang mengiringi kata/kalimat, juga hilang dalam komunikasi melalui chatting.

Fantasi-fantasi dapat membimbing hubungan jarak jauh antara dua orang pencinta cyber, yang sebenarnya tidak saling tahu satu sama lain. Meskipun demikian, perselingkuhan melalui internet bisa merupakan perselingkuhan yang nyata (virtual affair), yang juga merusak dan menghancurkan keharmonisan keluarga.

Bagi orang-orang yang tidak stabil emosinya, mudah terpengaruh dan terbawa oleh sesuatu yang dianggap ”menyenangkan”, atau memang tengah mengalami kekecewaan atau ketidakpuasan hidup, tentunya akan mudah sekali terbawa oleh dampak negatif dari hubungan dengan dunia maya ini.

Saran penyelesaian

Memang tak mudah bila upaya penyelesaian hanya sepihak, berasal dari suami saja. Sementara istri belum mau (menurut saya) diajak berkonsultasi ke konselor ataupun ke psikolog. Biasanya, seseorang yang sadar dan merasa bersalah memang tak nyaman diajak berkonsultasi. Ia pasti takut akan diinterogasi lagi atau disalahkan oleh pihak luar.

Jadi, seyogianya jangan memaksa, apalagi seperti kata-kata Bapak akan ”menyeretnya” ke psikolog. Secara bertahap, teruslah mencari orang yang bisa ia percaya, mampu mengerti dirinya, dan dapat memberinya saran untuk berhenti berhubungan dengan si PIL.

Tampaknya sikap Bapak juga agak mendua menghadapi istri. Bapak mudah bingung antara ingin membuka kesalahannya ke orangtua istri yang baru sembuh atau akan membeberkan rahasia PIL ke keluarganya, tapi takut istri akan marah besar atau dia akan nekat melakukannya di luar kendali Bapak. Atau kondisi-kondisi lain seperti yang telah saya uraikan di surat Bapak.

Saya berharap Bapak lebih tegas dalam bersikap, saya paham Bapak takut kehilangan istri yang sangat Bapak cintai, tapi bila terus demikian, istri tak akan belajar mengendalikan dirinya dan menjadi lebih ”dewasa”. Semua keputusan pasti ada risikonya, terimalah risiko tersebut dengan besar hati. Saya juga berpikir, sebenarnya yang patut marah besar adalah Bapak sebagai orang yang terkhianati bukan?

Oh, ya, kita juga perlu belajar bahwa tidaklah baik bila kita terlalu mencintai seseorang, siapa pun dia, sehingga sangat ketakutan akan kehilangannya. Kita perlu menyiapkan diri bila sewaktu-waktu harus kehilangan dia, bukan?

Dari surat Bapak, saya tangkap Anda sudah terus mengupayakan perbaikan diri. Memang Bapak masih perlu terus berintrospeksi agar memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam hubungan interpersonal dengan istri dan lebih memerhatikan kebutuhan dia yang rupanya justru diperoleh dari si PIL. Saya juga salut dan sangat menghargai bahwa Bapak tidak hanya terbawa emosi marah dan dendam, atau justru cepat membuat ultimatum untuk menceraikannya. Selamat berupaya terus, saya doakan. (SUMBER: kompas.com)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar