Selasa, 05 Mei 2009



Anakku..

Kubisikan kalimat Adzan ke telingamu saat kau dilahirkan
agar kelak kau terjaga dari suara-suara dzalim'
kusematkan nama terindah, agar kelak pribadimu berpendar cahaya keelokan
kulantunkan syair-syair keillahian, agar kelak kau mahir memilah kebajikan


kuajak berteriak ci lu ba
agar kelak kau tak kaget menyaksikan keganjilan ulah manusia
Ku jaga kau sepenuh jiwa
karena kau adalah amanat dari yang memiliki jiwa kita

Namun Anakku...
tatkala kebisukan menderu dari depan beranda
kasih sayang memburai dari jendela belakang rumah kita
hari demi hari aku sibuk memburu bayang-bayang kemuliaan
diantara riuh rendahnya persaingan dan pertikaian

kebersamaan kita terpenggal oleh karier dan ambisi
kukayuh satu kewajiban dengan melepas kewajiban lainnya

segala awal manis kehadiranmu kini meredup tinggal cerita
betapa lama kubiarkan kau sendirian
kusisakan ruang kecil dalam batin untukmu
lantaran begitu banyak hal lain yang kuanggap besar

kujawab sekenanya pertanyaanmu yang syarat keingintahuan
pada hal kutahu benar bahwa jawabanku sangat berarti dan akan tersemat dalam kalbumu

mengapa tak kuraih tubuhmu rebah dalam pelukanku, anakku...
dan kujelaskan takzim apa-apa yang ingin kau rekam dalam benakmu

Kucoba bersembunyi di balik alasan sibuk mencari nafkah
namun, aku tak sanggup menatap cermin muka beningmu,anakku
karena di sana terpantul kerut-kerut hitamku

kuniatkan untuk kembali pulang kepadamu, anakku...
dengan segenap rasa bersalah
akan kucoba memilin kembali pertikaian kita yang telah terburai
akan kubangun kembali peranku sebagai orang tua, meski betapa pun karier mengharuskanku bergelimang dalam jelaga
telah kusiapkan sejuta kisah, tentang lebah dan rama-rama
tentang kebajikan, padang-padang hijau dan sungai-sungai susu
yang mengalir di bawahnya
Buah hatiku...semoga kau masih mau mendengarnya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar